Mengasuh Rasulullah

Ketika kakek Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam merasa ajalnya sudah dekat, maka dia berwasiat kepada anaknya, Abu Thalib agar mengasuh anak saudaranya, Muhammad bin Abdullah. Boleh jadi Abdul-Muththlib mempunyai maksud karena di rumah Abu Thalib ada tangan yang lembut, dapat di percaya dan penuh kasih sayang, yaitu Fathimah bintu Asad, seorang wanita yang memiliki hati penuh kasih sayang. Maka Abu Thalib menjelaskan kepada istrinya agar dia mengasuh Muhammad. Maka Fathimah mengasuh beliau dengan mengerahkan seluruh perhatiannya, Mengasuh beliau bersama suaminya, sehingga dia melihat Barakah ada di makanan anak-anaknya jika Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam ikut makan bersama mereka.

Biasanya sebelum itu, jika keluarga Abu Thalib menyantap makanan bersama-sama atau sendiri-sendiri, maka mereka tidak merasa kenyang. Tapi jika Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam makan bersama mereka maka mereka merasa kenyang. Maka Abu Thalib hendak menghidangkan makan siang atau malam kepada mereka, dia berkata” Tunggulah hingga anakku datang.” Seteleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam tiba, barulah mereka makan bersama beliau, hingga makanan yang merekan santap masih ada sisanya.

Jika Rasulullah Shalallahu Alaihi yang lebih dulu minum air susu di bejana, lalu mereka ganti meminumnya, maka Sampai orang terkahir yang meminumnya, air susu itu masih ada lebihnya, maka dia menghabiskan air susu itu. Karena itulah Abu Thalib berkata,”Engkau adalah orang yang benar-benar diberkahi.

Ketika anak-anak kecil sebayanua dalam keadaan kusut dan kotor diantara kedua matanya, maka Rasulullah Shalallahu Alaihi dalam keadaan bersih dan memakai celak.

Fathimah bintu Asad memiliki semua itu, sehingga dia makin mencintai dan memperhatikan Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam. Dia memperlakukan dengan perlakuan yang baik menurut kesanggupannya. Karena itu beliau mendapatkan sosok pengganti ibunya, Aminah Bintu Wahb pada diri Fathimah bintu Asad, istri paman beliau yang mengasuh beliau dari anak-anak hingga remaja. Jadi setelah kematian sang ibu, beliau mendapatkan ibu lain. dia mengasuh beliau hingga nikah dengan Khadijah bintu Khuwilid.

Fathimah juha tahu apa komentar orang-orang tentang Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam. Yang paling sering dia dengar dari suamjnyq ialah perkataan,”sesungguhnya anak saudraku benar-benar diberi kabar tentang urusan Yang besar.

Fathimah juga mendengar keuntungan melimpah di peroleh Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam ketika pergi bersama suaminya ke Syam untuk berdagang. Dia juga mendengar penuturan Maisarah, pembantu Khadijah, tentang kebaikan-kebaikan yang beliau lakukan selama berpergian ke Syam untuk berdagang.

Lalu dia mendorong anak sendiri, Ali bin Abu Thalib Alaihi Wassalam (setelah beliau menikah dengan Khadijah), karena dia melihat sosok seorang ayah yang pengasih pada beliau, dan memang itulah yang dia lihat ketika beliau mengasuh Ali di kemudia hari. Diriwayatkan dari Fathimah bintu Asad, dia berkata” ketika aku melahirkannya, Abu Thalib memberinya nama Ali, meludahi mulutnya, mengulum lidahnya hingga dia tertidur. Pada keesokan harinya, kami mencarikan wanita tukang menyusui, namun dia tidak mau menerima punting siapapun . Lalu kami memanggil Muhammad. Maka dia mengulum lidahnya hingga tertidur. Begitulah yang kemudian terjadi menurut kehendak Allah.”

Karena itulah Fathimah binti Asad mengkhususkan perhatian terhadap Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam, karena Allah menganugerahi beliau sifat-sifat kesempurnaan, Allah melindungi beliau dari kesia-siaan Jahiliyah dan kotorannya, sehingga beliau menjadi teladan untuk segala keutamaan, kebaikan dan kebenaran.

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai